Sabtu, 07 Maret 2009

KHADIJAH - The True Love Story of Muhammad

Khadijah – The True Love Story of Muhammad

Nama Khadijah binti Khuwailid tentu sudah tidak asing lagi bagi kita. Sejarah mencatat seorang saudagar sukses dari suku Quraisy yang menjunjung kejujuran dalam menjalani usahanya.

Khadijah binti Khuwailid ibnu Asad ibnu Abdil Uzza ibnu Qushay. Persis di Qushay, kakeknya yang keempat, nasabnya bertemu dengan nasab Rasulullah. Ibu Khadijah bernama Fatimah binti Zaidah. Nenek Khadijah dari pihak ibu bernama Halah binti Abdu Manaf. Abdu Manaf sendiri adalah kakek ketiga Rasulullah. Jadi, dari pihak ayah maupun ibu, Rasulullah dan Khadijah memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.

Khadijah lahir 15 tahun sebelum Rasulullah. Khadijah muda adalah seorang gadis cantik dan berperilaku baik. Suami pertamanya adalah Abu Halah an-Nabbasy ibnu Zurarah at-Taymi. Pernikahan ini berakhir ketika Abu Halah wafat meninggalkan dua anak laki-laki, Hindun dan Halah. *Hindun dan Halah adalah nama-nama perempuan. Tetapi orang-orang Arab juga menggunakan nama-nama perempuan untuk anak laki-laki mereka.

Khadijah kemudian menikah lagi dengan Athiq ibnu Aid al-Makhzumi. Dari suaminya yang kedua ini, Khadijah memiliki seorang anak perempuan yang lagi-lagi diberi nama Hindun.

Pertemuannya dengan Muhammad yang memiliki pribadi yang matang menjadikannya jatuh hati. Awal-awal pertemuannya dengan Muhammad ibnu Abdillah yang 15 tahun lebih muda darinya, terasa begitu bergejolak baginya. Hingga pada akhirnya ia memberanikan diri untuk melamar Muhammad yang diawali dengan pemberian amanah untuk memimpin kalifah dagang ke Syam. Kesan-kesannya tentang Muhammad:
Muhammad merupakan seorang pemuda yang cerdas, santun, pandai menjaga diri, dan berpenampilan sempurna. Muhammad terlihat begitu tenang ketika diam dan terlihat begitu berpengaruh ketika berbicara. Ia selalu memperhatikan lawan bicaranya, mendengarkannya dengan teliti, dan tidak pernah memperlihatkan sikap setengah-setengah.
Cara ia berjalan menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi. Posturnya seimbang, tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus. Muhammad memiliki kening yang lebar, dagu yang lepas, dan leher yang jenjang. Dadanya bidang. Matanya indah dan lebar dengan bola mata yang hitam pekat. Giginya putih cemerlang.

Perkataan Khadijah ketika melamar Rasulullah:
“Wahai anak pamanku, aku berhasrat untuk menikah denganmu atas dasar kekerabatan, kedudukanmu yang mulia, akhlakmu yang baik, integritas moralmu, dan kejujuran perkataanmu.”

Setelah menikah lalu Muhammad mendapat risalah kenabian, Khadijahlah orang yang selalu berada di samping Muhammad, bukan saja untuk menyokong dakwah, melainkan juga menjadi tempat untuk menguatkan diri menghadapi tentangan masyarakat saat itu. Tanpa pernah mengeluh, totalitas pengabdian Khadijah akan dakwah Rasulullah pun menjadi tak tertandingi. Ada sesuatu yang tidak pernah berubah di dalam dirinya, yaitu kekuatan spiritual dan kejernihan cinta. Ia selalu dan selamanya beriman kapada Allah serta meyakini kebenaran risalah suaminya. Sebaliknya, Pribadi Khadijah pun menjadi kisah cinta sejati Rasulullah.

Kisah Aisyah mengenai Khadijah:
“Aku tidak pernah merasa cemburu kepada seorang wanita sebesar rasa cemburuku pada Khadijah. Aku tidak pernah melihatnya, tetapi Rasulullah sering menyebut dan mengingatnya. Ketika menyembelih seekor kambing, beliau selalu memotong sebagian dagingnya dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Aku pernah berkata kepada Rasulullah, ‘Seperti tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah’. Rasulullah menjawab, ‘Khadijah itu begini dan begitu, dan dari dialah aku memperoleh anak.’” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Baghawi)

Tak dapat dimungkiri, Khadijah, istri Rasulullah Saw., merupakan sosok yang fenomenal. Bukan saja memiliki perilaku yang mulia, Khadijah juga merupakan sosok yang cerdas dengan ketabahan yang luar biasa – sesuatu yang memungkinkannya menghadapi segenap rintangan dan kesulitan tanpa mengeluh. Ia tak pernah mundur. Seluruh jiwa, raga, upaya, dan harta bendanya dipersembahkan bagi perjuangan meretas jalan menuju tegaknya agama Islam.

Ia rela mengorbankan seluruh harta dan jiwanya untuk dakwah Rasulullah. Dengan kematangan, kebijaksanaan, dan integritas dirinya, Khadijah menyokong, membangkitkan tekad, dan mengobarkan semangat dakwah Rasulullah. Setiap kali Rasulullah mengalami penolakan, celaan, atau hinaan, Khadijah menjadi orang pertama yang menghibur, menemani, dan meyakinkan beliau. Hal itu terus berlangsung hingga akhirnya Khadijah meninggal pada usia 65 tahun, tepat 10 tahun sejak Muhammad diangkat menjadi rasul.

Rasulullah tidak pernah menikah dengan perempuan lain pada masa hidup Khadijah. Allah pun menghormati Khadijah. Jika ada wanita yang langsung menerima salam dari Allah, maka Khadijahlah orangnya. Peristiwa itu terjadi ketika Jibril mendatangi Rasulullah dan berkata, “Wahai Muhammad! Sebentar lagi, Khadijah akan datang membawakan makanan dan minuman untukmu. Kalau ia datang, sampaikan kepadanya salam dari Allah dan dariku.”. Rasulullah pun menyampaikannya. Khadijah menjawab dengan rasa syukur, “Allahlah Pemelihara kedamaian dan sumber segala damai. Salamku untuk Jibril.”. Jawaban itu menunjukkan kecerdasan dan kesucian Khadijah. Ia mengagungkan Allah dan berdoa kepada-Nya agar dianugerahi kedamaian dan keselamatan. Ia pun berterima kasih kepada Jibril yang telah menyampaikan salam dari Allah itu kepada dirinya.

Allah menjaga diri Khadijah dari segala cela, sehingga penduduk Mekah menjulukinya sebagai “wanita suci”. Khadijah berperan besar dalam menjadikan rumah tangga Rasulullah damai dan tenang. Karena itu Allah menjanjikan baginya sebuah rumah di surga yang terbuat dari permata yang senantiasa diliputi kedamaian, yang steril dari kebencian dan permusuhan. Rasulullah bersabda,
“Aku diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah bahwa akan dibangun untuknya di surga sebuah rumah dari permata; tak ada hiruk pikuk dan rasa lelah di sana.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Khadijah pun menjadi wanita teristimewa bagi Rasulullah. Rasulullah selalu menyebut-nyebut nama Khadijah dan mengistimewakan teman-teman Khadijah, walau hingga Khadijah wafat.

Perkataan Rasulullah Saw. mengenai Khadijah:
“Tidak. Demi Allah, aku tidak pernah mendapat pengganti yang lebih baik daripada Khadijah. Ia yang beriman kepadaku ketika semua orang ingkar. Ia yang memercayaiku tatkala semua orang mendustakanku. Ia yang memberiku harta pada saat semua orang enggan memberi. Dan darinya aku memperoleh keturunan, sesuatu yang tidak kuperoleh dari istri-istriku yang lain.”





SUMBER:
Novel berjudul: KHADIJAH – The True Love Story of Muhammad
Judul Asli: Khadijah Ummul Mu’minin Nazharat Fi Isyraqi Fajril Islam
Pengarang: Abdul Mun’im Muhammad
Penerjemah: Ghozi M.
Penerbit: Pena Pundi Aksara
Penerbit Asli: Al-Hai-ah al-Mishriyah


Aaah.. Betapa beruntungnya seorang Khadijah.. Wanita mana yang tidak ingin memiliki suami seperti Rasulullah kita tercinta??
Dan untuk kita kaum hawa, bila kita sudah menikah nanti, dapatkah kita seperti Khadijah??
Kisah cinta Khadijah dan Nabi Muhammad begitu menyentuh dan romantis. Seperti kisah cinta Nabi Sulaiman dan Ratu Sheba (Bilqis). Mereka masih tetap saling mencintai dan menjaga keromantisan mereka hingga akhir hayat mereka. Semoga pernikahan kita nanti juga langgeng seperti mereka yaa.. Aamiin..

Tidak ada komentar: